Selasa, 05 Februari 2013

APA ITU BUDAYA LOKAL??

Menurut koentjoroningrat, budaya merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia. 
Sedangkan Budaya lokal menurut buku seni budaya kelas x adalah hal-hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Jika sudah membicarakan masyarakat, maka hal-hal yang sifatnya kepercayaan akan menjadi hal yang sifatnya tidak terlepaskan. Begitupun yang terjadi pada budaya lokal.
dalam artikel di bawah ini, saya akan sedikit menjabarkan mengenai salah satu kebudayaan lokal yang ada di Jepara.

*Referensi: SENI BUDAYA X S. Suratman
                   BUDAYA INDONESIA, Salman Faris  

PERANG OBOR


Tradisi Perang Obor di Jepara merupakan tradisi yang berada di desa Tegal Sambi. Biasanya Perang Obor dilakukan di hari malam Selasa Pon bulan Zulhijjah. Tradisi ini bermula dari Kyai Babadan dan Ki Gemblong. Kyai Babadan merupakan juragan sapi dan kerbau, dan ki Gembolong sebagai pengembalanya. Cerita berawal dari kelalaian ki Gembolong yang tidak memberi makan sapi sehinga sapi terkena penyakit. Banyak sapi dan kerbau yang menjadi kurus tidak terawat dan terkena penyakit. Ki Gembolong masih bisa menutupi kejadian ini . Ketika Kyai Babadan mengetahui hal itu, kyai Babadan mencoba datang ketempat dimana Gemblong mengembala sapi dan kerbaunya. Kyai Babadan memergoki ki Gembolong sedang asyik tidur dibawah pohon rindang dengan pulasnya . Dengan cepat Kyai Babadan memukulnya dengan Blarak atau pelepah pohon kelapa yang telah di sulut dengan api ke ki Gemblong. Melihat perlakuan Kyai Babadan ki Gemblong tidak tinggal diam, ki Gemblong mengambil pelepah lainya yang dinyalakan api untuk melawan Kyai Babadan.
Perkelahian mereka semakin sengit sampai mengakibatkan kandang sapi dan juga kerbau jadi terbakar, ini mengakibatkan sapi dan kerbau lari tunggang langgang ketakutan dengan kobaran api. Akan tetapi anehnya sapi dan kerbau yang terkena api jadi sembuh dan sehat kembali. Setelah mengetahui hal ini mereka berdua menghentikan perkelahian.
sumber:for-mas.blogspot.com

PROSESI UPACARA

Prosesi upacara perang obor ini berlangsung setelah isya'  pada hari senin malam selasa bulan Dzulhijah. sebelum acara di mulai, di adakan berbagai macam ritual di desa tegal sambi, diantaranya yaitu dilakukanya selamatan ke tuju tempat yang dikeramatkan didesa Tegal Sambi bersama para bayan, dan Lurah Tegal Sambi . Setelah itu dilakukan penyembelihan kerbau jantan muda yang belum pernah dipakai untuk membajak sawah. Penyembelihan ini dilakukan di depan rumah petinggi desa Tegal Sambi .Pada sore hari menjelang malam selasa Pon. Salah satu perangkat desa(bayan) dan seksi keamanan menaruh sesajen (berupa kendil berisi darah kerbau, sebagian jeroan, dan daging yang sudah dimasak). 
Menjelang isya' acara segera dimulai, banyak warga dari luar desa bahkan luar kota ataupun mancanegara yang datang menyaksikan. Sebelum api obor disulut pada pukul 20.00 WIB, petinggi diarak oleh pasukan obor mulai dari rumahnya hingga ke pusat upacara, di perapatan jalan tengah desa. Petinggi mengenakan pakaian adat jawa, diapit dua pawang api dan sesepuh desa. Perang Obor diikuti sekitar 50 -100 peserta. Perang berlangsung sekitar 1 hingga 2 jam sampai blarak habis. Jika ada salah satu peserta yang terkena luka api . Pasukan perang obor segera menuju ketempatnya petingi  desa yang bernama ki Songgo buwono untuk diobati dengan air kembang pusaka yang turun temurun diwariskan kepada kepala desa Tegal sambi.

*Referensi: Beruntungnya Hidup di Jepara, Rahmat Syauqi

Followers