Tradisi Perang
Obor di Jepara merupakan tradisi yang berada di desa Tegal Sambi. Biasanya
Perang Obor dilakukan di hari malam Selasa Pon bulan Zulhijjah. Tradisi ini
bermula dari Kyai Babadan dan Ki Gemblong. Kyai Babadan merupakan juragan sapi
dan kerbau, dan ki Gembolong sebagai pengembalanya. Cerita berawal dari
kelalaian ki Gembolong yang tidak memberi makan sapi sehinga sapi terkena
penyakit. Banyak sapi dan kerbau yang menjadi kurus tidak terawat dan terkena
penyakit. Ki Gembolong masih bisa menutupi kejadian ini . Ketika Kyai Babadan
mengetahui hal itu, kyai Babadan mencoba datang ketempat dimana Gemblong
mengembala sapi dan kerbaunya. Kyai Babadan memergoki ki Gembolong sedang
asyik tidur dibawah pohon rindang dengan pulasnya . Dengan cepat Kyai Babadan
memukulnya dengan Blarak atau pelepah pohon kelapa yang telah di sulut dengan
api ke ki Gemblong. Melihat perlakuan Kyai Babadan ki Gemblong tidak tinggal
diam, ki Gemblong mengambil pelepah lainya yang dinyalakan api untuk melawan
Kyai Babadan.
Perkelahian
mereka semakin sengit sampai mengakibatkan kandang sapi dan juga kerbau jadi
terbakar, ini mengakibatkan sapi dan kerbau lari tunggang langgang ketakutan
dengan kobaran api. Akan tetapi anehnya sapi dan kerbau yang terkena api jadi sembuh
dan sehat kembali. Setelah mengetahui hal ini mereka berdua menghentikan
perkelahian.
|
sumber:for-mas.blogspot.com |
PROSESI UPACARA
Prosesi upacara perang obor ini berlangsung setelah isya'
pada hari senin malam selasa bulan Dzulhijah. sebelum acara di mulai, di
adakan berbagai macam ritual di desa tegal sambi, diantaranya yaitu dilakukanya selamatan ke tuju tempat yang dikeramatkan didesa Tegal Sambi bersama
para bayan, dan Lurah Tegal Sambi . Setelah itu dilakukan penyembelihan kerbau
jantan muda yang belum pernah dipakai untuk membajak sawah. Penyembelihan ini
dilakukan di depan rumah petinggi desa Tegal Sambi .Pada sore hari menjelang malam selasa Pon. Salah satu perangkat desa(bayan) dan seksi keamanan
menaruh sesajen (berupa kendil berisi darah kerbau, sebagian jeroan, dan daging
yang sudah dimasak).
Menjelang isya' acara segera dimulai, banyak warga dari luar desa bahkan luar kota ataupun mancanegara yang datang menyaksikan. Sebelum api
obor disulut pada pukul 20.00 WIB, petinggi diarak oleh pasukan obor mulai dari
rumahnya hingga ke pusat upacara, di perapatan jalan tengah desa. Petinggi
mengenakan pakaian adat jawa, diapit dua pawang api dan sesepuh desa. Perang
Obor diikuti sekitar 50 -100 peserta. Perang berlangsung sekitar 1 hingga 2
jam sampai blarak habis. Jika ada salah satu peserta yang terkena luka api . Pasukan
perang obor segera menuju ketempatnya petingi desa yang bernama ki Songgo buwono untuk diobati dengan air kembang
pusaka yang turun temurun diwariskan kepada kepala desa
Tegal sambi.
*Referensi: Beruntungnya Hidup di Jepara, Rahmat Syauqi